MAKALAH SISTEM EKONOMI INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM EKONOMI
MAKALAH SISTEM EKONOMI INDONESIA
PERBANDINGAN SISTEM EKONOMI

FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS
NUSA CENDANA
KUPANG
2012
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama
saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat dan
bimbingannya maka makalah ini dapat di selesaikan dengan baik.
Adapun
yang menjadi tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sistim
ekonomi indonesia yang di berikan kepada mahasiswa. Makalah sistim ekonomi
indonesia ini berisikan tentang perbandingan sistim-sistim ekonomi indonesia
Dalam
penulisan makalah ini, saya banyak mengacu pada karya-karya tulis orang lain.
Oleh karena itu saya sangat menghormati dan menghargai pikiran-pikiran penulis
lain, yang menjadi sumber acuan dalam penulisan makalah ini.
Saya
menyadari bahwa isi dan uraian makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan makalah ini.
Pada
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Kiranya
karya tulis ini dapat bermanfaat dalam upaya menambah wawasan pengetahuan
maupun teori ilmu politik bagi para pembaca.
BAB
I. PENDAHULUAN
Perlu
diketahui bahwa pola dan proses dinamika pembangunan ekonomi disuatu negara
sangat ditentukan oleh banyak faktor, baik internal (domestik) maupun
eksternal. Faktor-faktor internal diantaranya adalah kondisi fisik (termasuk
iklim), lokasi geografi, jumlah dan kualitas dumber daya alam dan sumber daya
manusia yang dimiliki, kondisi awal ekonomi, sosial dan budaya, sistem politik,
serta peranan pemerintah didalam ekonomi. Faktor-faktor eksternal diantaranya
adalah perkembangan teknologi, kondisi perekonomian dan politik dunia, serta
keamanan global.
Akan
tetapi, untuk dapat memahami sepenuhnya sifat dari proses dan pola pembangunan
ekonomi disuatu negara serta kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya selama
kurun waktu tertentu atau untuk memahami kenapa pengalaman suatu negaradalam
pembangunan ekonominya berbeda dengan negara lain, perlu juga diketahui sejarah
ekonomi dari negara itu sendiri. Sering dikatakan bahwa keadaan perekonomian
negara-negara berkembang, seperti Indonesia, India dan Malaysia, saat ini tidak
lepas dari pengaruh sistem perekonomian atau orientasi pembangunan ekonomi yang
diterapkan, pembangunan infrastruktur fisik dan sosial (seperti pendidikan dan
kesehatan) yang dilakukan dan tingkat pembangunan yang telah dicapai pada masa
lampau, yakni pada zaman penjajahan.
Dari
pengalaman di negara-negara asia tersebut, mungkin dapat dikatakan bahwa yang
sangat menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi bukan “warisan” dari negara
penjajah, melainkan orientasi politik, sistem ekonomi serta kebijakan-kebijakan
yang diterapkan oleh rezim pemerintah
yang berkuasa setelah lenyapnya kolonialisasi, merupakan periode yang
sangat kritis yang sangat menentukan kelanjutan pembangunan selanjutnya.
Pengalaman
Indonesia sendiri menunjukan bahwa pada zaman pemerintahan orde lama, rezim
yang berkuasa menerapkan sistem perekonomian tertutup dan lebih mengutamakan
kekuatan militer dari pada kekuatan ekonomi. Ini semua menyebabkan ekonomi
nasional pada masa itu mengalami stagnasi, pembangunan praktis tidak ada.
Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai perbandingan sistem ekonomi
BAB
II.
ISI
Sistem
ekonomi adalah cara yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengatur negaranya untuk mencapai
tujuan. Sistem ekonomi yang dikenal oleh masyarakat secara global adalah sistem
ekonomi kapitalis dan sosialis. Dalam konteks ekonomi, kedua sistem ini telah
mampumeningkatkan kemakmuran dinegara yang menggunakan kedua sistem tersebut.
Di Indonesia , perbandingan dibidang ekonomi pada era orde baru dan reformasi
pada dasarnya memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu sama-sama
masih terdapat ketimpangan ekonomi, kemiskinan dan ketidakadilan.
Pada
awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas
utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.
Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi
kurang lebih 650% per tahun. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam
sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan
pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka
dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi
pancasila. Ini merupakan praktek dari salah satu teori Keynes tentang campur
tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi dan
masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri.
Pengertian
sistem ekonomi adalah
cara yang dilakukan oleh suatu Negara Sistem Perekonomian untuk mengatur
ekonominya untuk mencapai tujuan.
Perbedaan
penerapan sistem ekonomi dapat terjadi karena perbedaan pemilikan sumber daya
maupun perbedaan sistem pemerintahan suatu negara.
Sistem
perekonomian setiap negara berbeda-beda tergantung sistem pemerintahan yang
dianut oleh negara tersebut.
Unsur-unsur
sistem ekonomi, yaitu :
- Unit-unit ekonomi ( rumah
tangga, perusahaan, instasi pemerintah, dll )
- Pelaku-pelaku ekonomi (
produsen, konsumen, dsb )
- Lingkungan Sumber Daya
Alam(SDA), Sumber Daya Manusia(SDM), dll.
Klasifikasi
Sistem Ekonomi
Berdasarkan
Mekanisme Koordinasinya
1.
Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem
ekonomi tradisional merupakan sistem ekonomi yang diterapkan oleh masyarakat
zaman dahulu. Dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai sosial, kebudayaan, dan
kebiasaan masyarakat setempat sangat berpengaruh kuat.
Ciri
sistem ekonomi tradisional :
a) Aturan
yang dipakai adalah aturan tradisi, adat istiadat, dan kebiasaan
b)
Kehidupan masyarakatnya sangat sederhana
c)
Pertukaran dilakukan dengan sistem barter (barang dengan barang)
2.
Sistem Ekonomi Komando
Sistem
ekonomi komando merupakan sistem ekonomi yang menghendaki pengaturan
perekonomian dilakukan oleh pemerintah secara terpusat. Oleh karena itu, dalam
sistem ekonomi ini peranan pemerintah dalam berbagai kegiatan ekonomi sangat
dominan.
Ciri-ciri
sistem perekonomian komando adalah sebagai berikut:
a) Semua
permasalahan ekonomi dipecahkan oleh pemerintah pusat
b)
Kegiatan ekonomi yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi diatur oleh
negara
3.
Sistem Ekonomi Pasar
Sistem
ekonomi pasar merupakan sistem ekonomi yang menghendaki pengolahan dan
pemanfaatan sumber daya di dalam perekonomian yang dilakukan oleh individu dan
terbebas dari campur tangan pemerintah. Jadi, sistem ekonomi pasar sangat
bertolak belakang dengan sistem ekonomi komando.
Ciri
sistem perekonomian pasar adalah sebagai berikut:
a) Setiap
individu memiliki kebebasan untuk memiliki faktor-faktor produksi
b)
Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
c) Peranan
modal dalam perekonomian sangat menentukan bagi setiap individu untuk menguasai
sumber-sumber ekonomi sehingga dapat menciptakan efisiensi.
Berdasarkan
Ideologi
1.
Sistem Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme
adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap
orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang,
menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini
pemerintah dapat turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran kegiatan perekonomian
yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam ekonomi.
2.
Sistem Ekonomi Sosialis
Sosialis
adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur
tangan pemerintah.
3.
Sistem Ekonomi Islam
Sistem
ekonomi yang menjadikan agama islam sebagai landasan sistem ekonominya.
Sehingga ketika membahas ekonomi, Islam hanya membahas masalah bagaimana cara
memperoleh kepemilikan harta kekayaan, bagaimana mengelola kepemilikan harta
kekayaan yang telah dimiliki, serta cara mendistribusikan kekayaan tersebut di
tengah-tengah masyarakat.
Ciri-ciri
Sistem Ekonomi Kapitalisme :
- Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi
- Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu
- Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik bagi dirinya.
- Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
- Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi
- Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu
- Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik bagi dirinya.
- Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialisme
:
- Tidak ada pengakuan atas hak-hak
pribadi
- Peran pemerintah sangat kuat
- Pemerintah bertindak aktif mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga tahap pengawasan.
- Alat-alat produksi dan
kebijaksanaan ekonomi semuanya diatur oleh negara.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Islam :
- Memelihara norma-norma
akhlak .
- Memenuhi kebutuhan masyarakat
.
- Ekonomi islam menyeimbangkan
antara kepentingan individu dengan masyarakat.
Perbandingan antara sistem-sistem perekonomian
-KLASIFIKASI SISTEM
EKONOMI
Sistem ekonomi yang ada di dunia ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara. Pertama, dilihat dari mekanisme
koordinasinya, dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu :
1) Sistem tradisi. Mekanisme koordinasi
berdasarkan tradisi berlaku dalam perekonomian yang masih berada dalam tahap
sangat sederhana, dimana kegiatan ekonomi sangat terbatas, jumlah penduduk
masih sangat sedikit dan saling mengenal. Karena itu ikatan kekeluargaan juga
masih sangat kuat. Tujuan berproduksi
tidaklah terlalu dimotivasi oleh semangat mencari keuntungan. Skala produksi
masih sangat kecil, hanya cukup untuk kebutuhan sendiri. Kelebihan produksi
ditukar dengan produsi lain. Karena karakter-katakter diatas, system koordinasi
tradisional tidak dapat diharapkan untuk membangun perekonomian modern. Dalam
system ekonomi tradisional, masalah yang terbesar yang dihadapi adalah
rendahnya inovasi dan produktivitas, serta begitu buruknya distribusi pendapat.
2) Sistem komando. Sistem komando merupakan
sistem ekonomi yang menghendaki pengaturan perekonomian dilakukan oleh
pemerintah secara terpusat. Oleh karena itu, dalam sistem ekonomi ini peranan
pemerintah dalam berbagai kegiatan ekonomi sangat dominan. Ciri-ciri sistem
ekonomi komando adalah: 1) semua permasalahan ekonomi depecahkan oleh
pemerintah pusat. 2) kegiatan ekonomi yang meliputi produksi, distribusi dan
konsumsi diatur oleh negara.
3) sistem pasar. Sistem ekonomi pasar merupakan sistem ekonomi
yang menghendaki pengolahan dan pemanfaaatan sumber daya didalam perekonomian
yang dilakukan oleh individu dan terbebas dari campur tangan pemerintah.
Ciri-ciri sitem ekonomi pasar : 1) setiap individu memiliki kebebasan untuk
memilliki faktor produksi. 2) perekonomian di atur oleh mekanisme pasar. 3)
peranan modal dalam perekonomian sangat menentukan bagi setiap individu untuk
menguasai sumber-sumber ekonomi sehingga dapat menciptakan efisiensi.
Kedua,
dilihat berdasarkan penekanan hak kepemilikan yang diberlakukan, dapat
dikelompokan menjadi 2 yaitu:
1)
sistem sosialis. Sistem ekonomi ini mempunyai tujuan untuk
kemakmuran bersama. Filosofis ekonomi
sosialis mempunyai tujuan kemakmuran bersama. Bagaimana bersama-sama
mendapatkan kesejahteraan. Sistem ekonomi sosialis mempunyai beberapa
kecenderungan sebagai berikut: kepemilikan harta oleh negara, kesamaan ekonomi,
disiplin publik.
2)
sistem kapitalis. Sistem ekonomi kapitalis sudah dipengaruhi oleh
semangat mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan sumber daya terbatas.
Usaha kapitalis ini didukung oleh nilai-nilai kebebasan untuk memenuhi
kebutuhan. Kebebasan ini mengakkibatkan
tingginya persaingan diantara sesamanya untuk
bertahan. Sistem ekonomi kapitalis mempunyai beberapa kecenderungan
yaitu: kebebasan memiliki haarta secara
perseorangan, kebebasan ekonomi dan persaingan
bebas, ketimpangan ekonomi.
Berbagai
permasalahan ekonomi yang dihadapi berbagai negara di dunia, hanya dapat
diselesaikan berdasarkan sistem ekonomi yang dianut oleh masing-masing negara.
Perbedaan penerapan sistem ekonomi dapat terjadi karena perbedaan sumber daya
maupun perbedaan sistem pemerintahan suatu negara. Sistem ekonomi dapat
berfungsi sebagai :
1)
Sarana pendorong untuk melakukan
produksi
2)
Cara atau metode untuk mengorganisasi
kegiatan individu
3) Menciptakan
mekanisme tertentu agar distribusi barang dan jasa terlaksana dengan baik.
Koreksi Terhadap
Sistim Ekonomi Kapitalis, Sosialisme, dan Campuran.
-Koreksi terhadap sistim kapitalis.
Gerakan rakyat lawan
neokolonialisme-imperialisme (GERAK LAWAN) telah bekerja sejak tahun 2005 untuk
mewujudkan Buah dari teori dan praktek kapitalisme global telah dipanen, dan
hasilnya sungguh pahit. Saat ini dunia dihantam multikrisis, mulai dari krisis
pangan, energi, iklim, hingga finansial. Yang sungguh fenomenal dari buah pahit
tersebut adalah, krisis finansial global ternyata dimulai dari negara paling
kapitalis sedunia, Amerika Serikat. Dalam kurun waktu kurang dari setahun,
hampir tiga juta orang sontak menjadi pengangguran di seluruh dunia. Kekacauan
pangan (food riot) terjadi di berbagai negara, kacaunya suplai energi global,
ditambah rumit dengan kondisi planet dan lingkungan yang makin kritis.
Namun kapitalisme sebagai ideologi
yang menjadi akar masalah, tidak tewas begitu saja. Aktor-aktornya seperti
institusi keuangan internasional macam Bank Dunia, IMF, WTO dan pemerintah
serakah terus berusaha menghidupkan phoenix dari abu kematiannya. Dengan
struktur ekonomi-politik saat ini, kaum miskin seluruh dunia justru dalam
resiko menanggung biaya krisis (cost of crisis) yang berat. Pemulihan krisis di
negara pusat kapitalisme, kini menjadi beban yang tidak terhindarkan bagi
negara-negara dunia ketiga.
Pelajaran dari krisis kapitalisme
internasional yang bisa kita petik adalah, pertama, krisis kapitalisme adalah
takdir historis, untuk itu krisis kapitalisme global akan selalu berulang dan
berkelanjutan; kedua, meski pasti terkena krisis, kapitalisme selalu menemukan
jalan guna mengatasi krisis, melalui hegemoni dan dominasi.
Masih solidnya pusat kapitalisme,
Amerika Serikat, dengan program stimulus Barack Obama sebesar 800 milyar USD,
tak pelak adalah usaha membangkitkan aktor utamanya: korporasi transnasional.
Stimulus yang sama—walaupun dalam bahasa beda—banyak digelontorkan di berbagai
belahan dunia. Proyek ekonomi mainstream pun masih berkibar secara global,
mulai dari free trade multilateral hingga perjanjian FTA, baik regional maupun
bilateral. Tercatat Uni Eropa, ASEAN, dan banyak negara lain di belahan Asia,
Eropa dan Oceania akan segera menandatangani perjanjian. Bank Dunia, IMF dan
WTO pun terus mengkampanyekan liberalisasi, privatisasi dan deregulasi sebagai
solusi sapu jagat. Fakta yang sahih pun diputarbalikkan.
Akar dari krisis ini haruslah
dicabut, untuk ditumbuhkan alternatif baru yang benar-benar untuk kesejahteraan
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Gerakan rakyat di seluruh dunia
telah lama mengusung alternatif untuk sistem ekonomi-politik. Dalam konteks
Indonesia, gagasan alternatif bagi sistem politik-ekonomi ini haruslah yang
konsisten pada nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, nasionalisme, gotong-royong,
dan keadilan sosial.
Kegiatan ekonomi yang dilakukan ke
depan seharusnya adalah rencana dari terwujudnya keadilan ekonomi bagi rakyat
Indonesia. Dan jalan menuju keadilan ekonomi tersebut adalah aturan main
tentang hubungan ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi yang
tercantum dalam konstitusi. Konsepsi ini sudah jauh hari diperkenalkan sebagai
dasar berdirinya demokrasi ekonomi sebagaimana terangkum dalam penjelasan pasal
33 UUD 1945: “dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi
dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan
kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah
koperasi.”
Keinginan untuk meraih kemandirian
dan kedaulatan ekonomi seharusnya diartikan sebagai impian untuk melepaskan
ekonomi Indonesia dari jeratan dan ketergantungan asing, baik oleh negara asing
maupun korporasi transnasional. Sebagaimana kita tahu untuk menuju kemandirian
ekonomi tersebut, Indonesia harus mampu mewujudkan kedaulatan di bidang
keuangan, pangan, maupun energi.
-Koreksi terhadap sistim sosialisme dan campuran.
Demokrasi sepertinya sedang mendapat
perhatian serius belakangan ini. Pelbagai artikel yang muncul melontarkan
kritik atau sokongan bagi demokrasi. Sayang, sokongan dan kritik itu tidak
disertai pemahaman historis tentang demokrasi sendiri.
Pemahaman menjadi penting karena
tanpa itu kita terjebak perdebatan prosedural tentang demokrasi. Padahal, sejak
awal menggeliatnya mekanisme politik, pematangan nilai demokratis menjadi
perhatian utama. Prosedur hanya menjadi penting dalam terang pematangan nilai
demokratis itu. Dan pematangan ini tidak sekali jadi. Sejarah pemikiran dan
aktivisme demokrasi adalah sejarah koreksi terus-menerus terhadap kebebasan,
kesetaraan, dan keadilan.
Sistem pemerintahan polis Atena,
Yunani, adalah gema awal demokrasi dalam sejarah manusia. Para lelaki dewasa
keluar dari hidup rumah tangga mereka (oikos) untuk membincangkan urusan publik
di agora. Mereka seolah mendapat hidup baru (bios politikos) di luar hidup
biologisnya (mencari nafkah) semata. Saat di ruang privat segala sesuatu
diputuskan sepihak dan paternal, di ruang publik segala sesuatu dibincangkan
secara kolektif antara "yang setara". Satu sama lain bertarung
argumentatif tanpa menggunakan kekerasan atau paksaan.
Berdemokrasi berarti memapankan tiga nilai. Pertama,
kebebasan. Para lelaki dewasa yang masuk ruang publik adalah mereka yang bebas
urusan kerumahtanggaan. Tanpa ikatan ekonomi, mereka bisa memutuskan dengan
penglihatan jangka panjang. Bukan semata-mata menguntungkan kepentingan jangka
pendek ekonomi, melainkan kepentingan bersama. Dalam ruang publik, kebebasan
berpendapat menjadi kunci utama. Semua yang terlibat memiliki hak sama dalam
berpartisipasi secara politik. Dan ini harus dipastikan demi politik yang
beralas kepentingan bersama.
Kedua, kesetaraan. Dalam ruang
publik semua tampil setara, berkesempatan sama dalam mempengaruhi proses
politik yang berjalan. Semua dipandang sebagai warga negara dengan hak sipil
dan politik sama. Dan ini memerlukan aksentuasi nilai ketiga, yaitu keadilan.
Keadilan berarti menjamin persamaan perlakuan dan kesempatan. Namun, konsepsi
keadilan klasik Aristoteles mendefinisikan siapa yang harus diperlakukan setara
dan siapa yang tidak. Konsepsi keadilan itu berbunyi, "bagi yang setara,
setara dan yang tidak setara, tidak setara". Artinya, distribusi beban dan
keuntungan (hak) tidak merata. Ia harus didasarkan konsepsi tentang siapa yang
setara dan tidak.
Dan konsepsi tentang yang tidak
setara akhirnya jatuh pada kaum perempuan dan budak. Mereka dianggap sebagai
penghuni tingkatan spesies yang kurang rasional ketimbang lelaki dewasa. Karena
itu, mereka pun mendapati dirinya terpangkas, baik hak sipil maupun politiknya.
Distribusi beban disesuaikan dengan kondisi ketidaksetaraan itu. Beban
pemenuhan kebutuhan ekonomi dipanggulkan kepada mereka untuk membebaskan lelaki
dewasa terjun, secara setara, berpolitik di ruang publik.
Di sinilah sasaran koreksi
sosialisme terhadap demokrasi. Konsep keadilan Aristotelian hanya menjamin
persamaan kesempatan dan kebebasan bagi mereka yang berpunya. Demokrasi tak
menghampiri mereka yang kurang beruntung. Karena itu, sosialisme mengajukan
konsep keadilan distributif baru yang mensyaratkan perombakan total struktur
ekonomi kapitalis yang memapankan ketidakadilan. Saat beban dan keuntungan
terdistribusi sempurna, peluang untuk mempengaruhi proses politik terbuka lebar
bagi semua. Kebebasan, kesetaraan, dan keadilan tak lagi hanya menjadi monopoli
segelintir orang berpunya, tetapi semua orang. Buruh tidak lagi diletakkan
sebagai warga negara kelas dua.
Setelah sosialisme, kritik terhadap demokrasi lambat laun
memberi tempat bagi analisis budaya. Feminisme memandang, dominasi budaya
patriarki telah mendorong perempuan keluar dari demokrasi. Budaya yang
meletakkan perempuan secara stereotipikal di bawah lelaki telah secara
sistematis memangkas hak sipil dan politik perempuan. Pemisahan ruang
privat/publik, misalnya. Mekanisme ini membuat kita dipalingkan dari kenyataan
bahwa dominasi dalam ruang privat memapankan ketidaksetaraan antara lelaki dan
perempuan dalam ruang publik. Domestikasi perempuan dalam ruang privat tidak
akan pernah mengangkatnya menjadi warga negara kelas satu setara dengan lelaki.
Kritik kultural lalu datang dari
multikulturalisme. Kebebasan, kesetaraan, dan keadilan, bagi mereka, tak pernah
dinikmati oleh mereka yang secara kultural terpinggir. Hak sipil dan politik
hanya dinikmati oleh mereka yang secara kultural dominan. Ada dua pemecahan.
Pertama, politik identitas. Mereka
yang secara kultural terpinggir ingin dijaminkan sebuah hak khusus untuk
menjalankan kebudayaannya secara otonom. Mereka tidak ingin dijadikan warga
kelas satu dengan hak sipil maupun politik sama. Mereka ingin hak khusus dengan
perlakuan khusus. Tuntutannya, aksi afirmatif sebagai kompensasi atas diskriminasi
yang diterimanya di masa lalu.
Kedua, politik kewarganegaraan.
Mereka yang secara kultural terpinggir meminta hak sipil dan politik yang sama
dengan warga lainnya. Politik identitas bukan jawaban. Karena, modus politik
ini bertendensi sektarian hingga melanggar prinsip persamaan kesempatan yang
mengeram dalam jantung demokrasi.
Kritik dari pelbagai analisis dan
pendekatan itu menandakan, demokrasi sebagai sebuah pemikiran senantiasa dalam
kondisi menyedang. Nilai-nilai demokratis, seperti kebebasan, kesetaraan, dan
keadilan terus mendapat perluasan. Perluasan yang tentu saja menghasilkan
kontroversi cukup menegangkan. Sosialisme, misalnya, menggugat demokrasi yang
terlalu berwajah liberal. Olehnya, demokrasi disandarkan pada sebuah keadilan
sosial yang mengharuskan intervensi negara terhadap pasar. Demokrasi belumlah
demokrasi benar tanpa terlebih dulu mensyaratkan sebuah demokrasi ekonomi.
Ini tentu mendapat tantangan keras
kelompok liberal. Bagi mereka, landasan satu-satunya bagi demokrasi adalah
keadilan komutatif-pasar bebas. Segala campur tangan kekuasaan atas keadilan
ini sama halnya merusak sendi-sendi terdasar demokrasi. Singkatnya, perdebatan
antara demokrasi berwajah sosial dan liberal berporos pada mekanisme keadilan
macam apa yang menjadi panutan.
Bertolak dari keributan ini,
ketegangan baru muncul antara pendukung demokrasi prosedural-representasional
dan partisipatoris. Pendukung demokrasi prosedural-representasional memandang
demokrasi hanya sarana memberi mandat pada kekuasaan untuk menjalankan
fungsi-fungsinya. Pemilu yang transparan, pergantian kepemimpinan yang mulus,
dan perimbangan trias-politika biasanya menjadi indikator-indikator utama.
Tentu saja ini ditanggapi secara
diametral oleh pendukung demokrasi partisipatoris. Mereka menolak demokrasi
yang sekadar sebagai sarana pengalihtanganan mandat. Mereka ingin mengangkat
kembali ruang publik sebagai wahana mematangkan nilai demokratis. Dalam ruang
publik, setiap warga aktif berpartisipasi dalam tiap kebijakan publik yang
melibatkan kepentingannya. Civil society pun mendapat peran cukup sentral dalam
modus demokrasi ini. Merekalah yang menjaga agar sebuah keputusan tidak diambil
sepihak, tetapi melibatkan semua yang berkepentingan.
Perluasan nilai demokratis, menurut
hemat saya, apa pun paham yang menuntutnya, memerlukan modus berdemokrasi macam
ini. Perluasan kebebasan bagi mereka yang terpinggirkan tak bisa diharapkan
jatuh dari langit politik. Tekanan dan partisipasi publik terus-menerus
diperlukan guna menjaga agar kesetaraan, kebebasan, dan keadilan terus
diperluas. Tanpanya koreksi berkelanjutan atas demokrasi akan mampat di tangan
kompromi elite.
Republik ini masih menyimpan masalah dengan demokrasinya.
Kekuasaan sepertinya merasa sudah mendapat legitimasi publik sehingga tak perlu
berkonsultasi dengan warganya. Pencabutan subsidi, divestasi saham pemerintah,
penggusuran, dan sebagainya dijalankan berdasar kalkulasi ekonomi sepihak yang
mengabaikan pertimbangan nilai, prioritas, dan ideologis. Ini adalah
tanda-tanda berkurangnya kekuatan ruang publik dalam mematangkan nilai-nilai
demokratis.
Hancurnya ruang publik berarti
menguatnya paternalisme. Kebijakan diambil sepihak dan baru diikuti sebuah
sosialisasi. Ini adalah kebijakan paternalistik khas rumah tangga (oikos) yang
dinilai Aristoteles tidak berlaku dalam ruang publik. Ini sama dengan
menyandingkan keputusan politik dengan keputusan seorang ayah menyekolahkan
anaknya di sekolah swasta. Semua dokumen sudah terurus, anak sudah terdaftar,
baru sang ayah membujuk anaknya untuk mengikuti kemauannya.
Gugatan sekelompok cendekiawan
terhadap penggusuran yang semena-mena menandakan masih adanya tanda kehidupan
ruang publik di republik ini. Mereka menuntut agar kebijakan penggusuran
dihentikan dan hak atas tempat tinggal dijamin merata. Mereka melakukan koreksi
terhadap demokrasi representatif yang ternyata tidak memihak pada mereka yang
kurang beruntung. Representasi politik di parlemen ternyata lebih bersibuk
dengan skandal-skandal besar ketimbang sebuah kasus nyata yang menyempitkan
kebebasan, kesetaraan, dan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan secara
ekonomi.
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab-bab
sebelumnya tentang Perbandingan
Sistim Ekonomi maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem
ekonomi adalah cara yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengatur negaranya untuk mencapai
tujuan. Sistem ekonomi yang dikenal oleh masyarakat secara global adalah sistem
ekonomi kapitalis dan sosialis. Dalam konteks ekonomi, kedua sistem ini telah
mampumeningkatkan kemakmuran dinegara yang menggunakan kedua sistem tersebut.
Di Indonesia , perbandingan dibidang ekonomi pada era orde baru dan reformasi
pada dasarnya memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu sama-sama
masih terdapat ketimpangan ekonomi, kemiskinan dan ketidakadilan.
2. Sistem ekonomi yang ada di dunia ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara. Pertama, dilihat dari mekanisme
koordinasinya, dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu: a)
Sistem tradisi
b)
Sistem komando
c)
sistem pasar
3.
berdasarkan penekanan hak
kepemilikan yang diberlakukan, dapat dikelompokan menjadi yaitu:
1)
sistem sosialis.
2) sistem kapitalis.
4.
Berbagai
permasalahan ekonomi yang dihadapi berbagai negara di dunia, hanya dapat diselesaikan
berdasarkan sistem ekonomi yang dianut oleh masing-masing negara. Perbedaan
penerapan sistem ekonomi dapat terjadi karena perbedaan sumber daya maupun
perbedaan sistem pemerintahan suatu negara. Sistem ekonomi dapat berfungsi
sebagai :
4)
Sarana pendorong untuk melakukan
produksi
5)
Cara atau metode untuk mengorganisasi
kegiatan individu
6)
Menciptakan mekanisme tertentu agar
distribusi barang dan jasa terlaksana
dengan baik.
5.Koreksi Terhadap Sistim Ekonomi
Kapitalis, Sosialisme, dan Campuran.
kapitalisme sebagai ideologi yang menjadi akar masalah, tidak tewas begitu
saja. Aktor-aktornya seperti institusi keuangan internasional macam Bank Dunia,
IMF, WTO dan pemerintah serakah terus berusaha menghidupkan phoenix dari abu
kematiannya. Dengan struktur ekonomi-politik saat ini, kaum miskin seluruh
dunia justru dalam resiko menanggung biaya krisis (cost of crisis) yang berat.
Pemulihan krisis di negara pusat kapitalisme, kini menjadi beban yang tidak
terhindarkan bagi negara-negara dunia ketiga.
Demokrasi sepertinya sedang mendapat perhatian serius
belakangan ini. Pelbagai artikel yang muncul melontarkan kritik atau sokongan
bagi demokrasi. Sayang, sokongan dan kritik itu tidak disertai pemahaman
historis tentang demokrasi sendiri.
Pemahaman menjadi penting karena tanpa itu kita terjebak
perdebatan prosedural tentang demokrasi. Padahal, sejak awal menggeliatnya
mekanisme politik, pematangan nilai demokratis menjadi perhatian utama.
Prosedur hanya menjadi penting dalam terang pematangan nilai demokratis itu.
Dan pematangan ini tidak sekali jadi. Sejarah pemikiran dan aktivisme demokrasi
adalah sejarah koreksi terus-menerus terhadap kebebasan, kesetaraan, dan
keadilan.
B. SARAN-SARAN
Usul
saran yang perlu di perhatikan dalam upaya meningkatakan ilmu tentang Ilmu
Politik adalah sebagai berikut :
1. Pupuklah
dan kembangkanlah kegemaran membaca buku ilmu Sistim Ekonomi Indonesia agar dapat
memahami dan lebih mengerti lagi tentang Sistim Ekonomi Indonesia itu sendiri.
2. Perlu
adanya koleksi buku-buku Sistim
Ekonomi Indonesia.
3. Peran
aktif mahasiswa dalam menjalani Sistim Ekonomi
Indonesia
itu
sendiri dalam kehidupan sosialnya.
Komentar
Posting Komentar