MAKALAH MANAJEMEN BISNIS “PENGORGANISASIAN”
MAKALAH
MANAJEMEN BISNIS
“PENGORGANISASIAN”

FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
NUSA CENDANA
KUPANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena rahmat dan
pertolongannya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam makalah
ini kami akan membahas tentang “ PENGORGANISASIAN ”. Semoga dengan adanya makalah ini bisa membantu
teman-teman.
Adapun
yang menjadi tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Manajemen Bisnis yang di berikan kepada mahasiswa.
Dalam
penulisan makalah ini, kami banyak mengacu pada karya-karya tulis orang lain.
Oleh karena itu kami sangat menghormati dan menghargai pikiran-pikiran penulis
lain, yang menjadi sumber acuan dalam penulisan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa isi dan uraian makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan makalah ini.
Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Kiranya
karya tulis ini dapat bermanfaat dalam upaya menambah wawasan pengetahuan maupun
teori Manajemen Bisnis bagi para pembaca.
Kupang, Oktober
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG.
Istilah
organisasi berasal dari istilah orgnanum, yang berarti alat, bagian atau
komponen-komponen. Didalam pendekatan manajemen, istilah organisasi mempunyai
dua arti umum. Arti pertama mengacu pada suatu lembaga (institusi) atau
kelompok fungsional. Arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian, yaitu
cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan diantara anggota
organisai, sehingga organisasi diharapkan melaksanakan fungsi penting untuk
membantu ketidakmampuan anggota sebagai individu dalam rangka mencapai tujuan
yang sulit atau bahkan tidak mungkin dicapai sendiri.
Langkah-langka
dimulai dengan menguraikan seluruh pekerjaan organisasi, dilanjutkan dengan
mendistribusikannya kepada seluruh anggota dan menentukan cara-cara agar
kerjasama antar anggota organisasi dapat harmonis. Pekerjaan ini perlu mengacu
kepada asas-asas organisasi yang sudah diterima umum, sehingga pelaksanaannya
dapat efektif dan efisien.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengorganisasian
didefenisikan sebagai proses penciptaan struktur organisasi. proses ini penting
dan digunakan untuk banyak tujuan. Tantangan bagi para manajer adalah merancang
struktur organisasi yang memungkinkan para karyawan mengerjakan pekerjaan
mereka secara efektif dan efisien. Tujuan pengorganisasian meliputi:
1. Membagi
pekerjaan yang harus dilakukan kesejumlah departemen dan pekerjaan tertentu.
2. Membagi-bagi
tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan masing-masing pekerjaan.
3. Mengkoordinasikan
berbagai tugas organisasi.
4. Mengelompokan
sejumlah pekerjaan kesejumlah unit.
5. Membangun
hubungan diantara individu, kelompok dan departemen.
6. Menetapkan
sejumlah garis wewenang formal.
7. Mengalokasikan
dan menggunakan secara efektif sumber daya organisasi.
Selain
itu ada yang menyatakan bahwa ada tiga ciri organisasi, yaitu:
1. Adanya
sejumlah orang
2. Ada
kerjasama diantara orang-orang tersebut
3. Kerjasama
didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing orang untuk
mencapai tujuan bersama.
Bila
dikombinasikan ketiga pendapat tersebut maka dapat dirumuskan bahwa organisasi
adalah suatu badan atau suatu bagan (struktur organisasi) yaitu suatu sistem
kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama. Pengorganisasian adalah
fungsi manajemen berupa berbagai kegiatan menyusun sistem kerjasama sejumlah
orang dalam usaha merealisasi tujuan bersama. Dengan kata lain,
pengorganisasian adalah proses menyusun sistem bagaimana sejumlah orang dalam
bentuk suatu struktur organisasi sehingga masing-masing unsur berusaha mencapai
tujuan bersama.
B. Proses Pengorganisasian
Ketika
para manajer menyusun atau mengubah struktur organisasi, mereka terlibat dalam
desain organisasi, proses yang melibatkan keputusan-keputusan yang mengenai
enam unsur penting, yaitu :
1.
Spesialisasi kerja.
Spesialisasi kerja merupakan tingkat
dimana tugas dalam sebuah organisasi dibagi menjadi pekerjaan yang berbeda;
juga dikenal sebagai divisi pekerja. Inti dari pekerjaan spesialisasi adalah
bahwa keseluruhan pekrjaan tidak dikerjakan oleh satu orang tetapi dipecah
menjadi beberapa langkah dan setiap langkah diselesaikan oleh orang yang
berbeda. Karyawan individual dispesialisasikan untuk melakukan sebagian
aktivitas pekerjaan.
2.
Departementalisasi.
Departementalisasi merupakan dasar yang
digunakan untuk mengelompokan sejumlah pekerjaan menjadi satu kelompok atau
satu grup. Setiap organisasi ekan mengelompokan berbagai kegiatan kerja. Ada
lima bentuk umum departemantalisasi, yaitu:
a. Departementalisasi
fungsional mengelompokan sejumlah pekerjaan berdasarkan fungsi yang
dilaksanakan. Pendekatan ini dapat digunakan dalam semua jenis organisasi,
walaupun fungsi-fungsunya berubah dalam rangka mencerminkan tujuan dan kegiatan
kerja organisasi.
b. Departementalisasi
produk. Mengelompokan pekerjaan berdasarkan lini produk. Dalam pendekatan ini,
tiap bidang produk utama ditempatkan dibawah wewenang manajer yang ahli dalam
bidang ini dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang harus dilakukan
terhadap lini produk itu.
c. Departementalisasi
geografis. Mengelompokan pekerjaan berdasarkan wilayah atau geografi, seperti
wilayah selatan, tengah atau barat, bagi organisasi yang beroperasi hanya di
suatu negara atau bagi perusahaan global.
d. Departementalisasi
proses. Mengelompokan pekerjaan berdasarkan arus produk atau pelanggan. Dalam
pendekatan ini, kegiatan kerja mengikuti arus pemrosesan alami produk atau
bahkan pelanggan.
e. Departementalisasi
pelanggan. Mengelompokan pekerjaan berdasarkan kelompok pelanggan yang
mempunyai kebutuhan atau masalah bersaing yang dapat sangat baik dipenuhi
dengan mempunyai tenaga spesialis pada masing-masing pelanggan itu.
Organisasi-organisasi
besar sering menggabungkan sebagian besar atau semua bentuk departementalisasi
itu. Misalnya, sebuah perusahaan elektronik besar di Jepang mengorganisasi
tiap-tiap divisinya menurut lini fungsional, mengorganisasi unit-unit
pabrikasinya menurut proses, unit-unit penjualannya menurut wilayah geografis,
wilayah penjualan menjadi empat pengelompokan pelanggan.
1. Rantai
komando.
Rantai komando adalah garis wewenang yang
tidak terputus yang membentang dari tingkatan atas organisasi hingga tingkatan
paling bawah dan menjelaskan siapa melapor kepada siapa. Wewenang mengacu pada
hak-hak yang melekat pada posisi manajerial tertentu yang memberitahu orang apa
yang harus dilakukan dan mengharapkan orang itu melakukannya. Untuk mempermudah
koordinasi dan pengambilan keputusan, para manajer organisasi menjadi bagian
dari rantai komando itu dan dianugerahi dengan kadar wewenang tertentu guna
memenuhi tanggung jawabnya. Sewaktu para manajer mengoordinasi dan memadukan
pekerjaan para karyawan, para karyawan tersebut menanggung kewajiban untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan. Kewajiban untuk melaksanakan tugas apa saja
yang dibebankan disebut dengan tanggung jawab. Akhirnya, prinsip kesatuan
komando merupakan prinsip manajemen yang menyatakan bahwa tiap-tiap orang harus
melapor kesatu manajer saja.
2. Rentang
kendali. Rentang kendali itu penting karena hingga derajat tertentu rentang
kendali menentukan jumlah tingkatan dan manajer yang dimiliki organisasi.
3. Sentralisasi
dan desentralisasi. Dalam sejumlah organisasi tertentu, para manajer puncak
mengambil semua keputusan dan para manajer tingkat yang lebih rendah hanya
melaksanakan petunjuk mereka. Sentralisasi melukiskan sejauh mana pengambilan
keputusan terkonsentrasi pada satu titik dalam organisasi. apabila manajemen
puncak mengambil keputusan penting organisasi tersebut dengan sedikit atau
tanpa masukan dari para karyawan tingkat bawah, maka organisasi itu
terdesentralisasi. Sebaliknya, semakin banyak karyawan tingkatan bawah yang
memberikan masukan atau betul-betul mengambil keputusan, maka organisasi itu
makin terdesentralisasi.
4. Formalisasi.
Mengacu padasejauh mana pekerjaan didalam organisasi itu terstandarisasi dan
sejauh mana perilaku karyawan dibimbing oleh peraturan dan prosedur. Jika
pekerjaan sangat diformalisasi, maka orang yang mengerjakan pekerjaan tersebut
mempunyai keleluasaan minimum atas apa yang harus dilakukan, kapan pekerjaan
tersebut harus diselesaikan, dan bagaimana harus melakukannya.
Menurut
prosesnya, pengorganisasian perusahaan terdiri dari lima tahap, yaitu :
1. Mengkaitkan
tujuan kepada proses pengorganisasian. Tujuan perusahaan memengaruhi
pengorganisasian dan hasil akhirnya adalah suatu susunan organisasi atau
struktur organisasi. untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan berbagai
aktivitas. Tujuan perusahaan mungkin tetap semenjak perusahaan didirikan.
Misalnya perusahaan terus mengejar keuntungan dengan menggunakan orang dan
sumber daya yang lain. Tetapi pada proses kegiatan perusahaan lebih lanjut, ada
kemungkinan diciptakan aktivitas baru, departemen baru atau pegawai lama diberi
tambahan tugas sehingga hubungan-hubingan baru antar pegawai perlu diciptakan. Dengan demikian tujuan
organisasi harus selalu dikaitkan dalam proses pengorganisasian baik pada
permulaan maupun setelah perusahaan sudah berjalan.
2. Mengidentifikasi
berbagai alternatif aktivitas. Untuk mencapai suatu tujuan, tentu ada sejumlah
aktivitas yang harus dilakukan. Aktivitas-aktivitas tersebut diidentifikasi dan
diinventarisasi. Bagi perusahaan yang sedang berjalan, adanya program-program
khusus, membutuhkan reorganisasi sementara pada perusahaan atau pada suatu departemen. Setelah manajer
mengetahui berbagai aktivitas yang akan dilakukan, berarti sudah dapat
mengklasifikasikan dan mengelompokkan aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang sudah ditentukan.
3. Mengklasifikasi
dan mengelompokkan berbagai aktivitas. Langkah ini terdiri dari 3 tahap, yaitu:
a. meneliti
setiap aktivitas yang diidentifikasi untuk menetapkan sifat-sifat umumnya.
b. mengelompokkan
berbagai aktivitas kedalam bidang-bidang tertentu.
c. membuat
departemen dasar untuk kelak menyusun struktur organisasi.
Dalam praktek, kedua tahap pertama terjadi
secara simultan, penjualan, periklanan, pengiriman, penggudangan dapat
dikaitkan kepada aktivitas pemasaran. Setelah tugas-tugas diklasifikasi dan
dikelompokkan kedalam unit kerja yang berkaitan maka tahap ketiga adalah
departementalisasi. Departementalisasi dilakukan atas berbagai dasar seperti:
fungsi, geografis, teritorial, langganan, lini produksi.
4. Memberi
tugas dan mendelegasikan kekuasaan yang tepat. Langkah ini merupakan langkah
kritis, sebab tidak mudah menetapkan tipe dan jumlah kekuasaan yang tepat,
misalnya betapa banyak kekuasaan yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan
tugas tertentu.
5. Menggambarkan
suatu struktur organisasi. Langkah ini membuat keseluruhan bagian-bagian
bersatu padu. Secara vertikal, struktur organisasi membuat hirarki yang
menunjukan siapa yang berwenang pada setiap tugas, pada setiap bidang dan pada
organisasi sebagai keseluruhan. Tingkat-tingkat manajemen ditunjukkan dari
bawah sampai ke atas pada struktur organisasi. tingkat-tingkat tersebut
menciptakan rantai komando, atau tingkat-tingkat hirarki pengambilan keputusan
didalam perusahaan.
C. Struktur Organisasi
Struktur
organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana
organisasi dikelola. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktivitas kerja,
serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas sampai batas-batas tertentu
Adapun
faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah
sebagai berikut:
1.
Strategi organisasi untuk mecapai
tujuannya.
2.
Teknologi yang digunakan.
3.
Anggota dan orang-orang yang terlibat
dalam organisasi.
4.
Ukuran organisasi
Ada bukti yang sangat
kuat bahwa ukuran organisasi sangat mempengaruhi strukturnya. Misalnya,
organisasi-organisasi besar yang lazimnya mempekerjakan 2000 karyawan atau
lebih cenderung mempunyai banyak spesialisasi, departementalisasi,
sentralisasi, dan peraturan serta tatanan dibandingkan organisasi kecil.
Namun hubungan itu
tidak bersifat liner. Sebaliknya, ukuran mempengaruhi struktur dengan laju yang
semakin menurun, yakni dampak ukuran menjadi semakin kecil sewaktu organisasi
itu berkembang. Karena pada pokoknya, begitu memiliki sekitar 2000 karyawan,
organisasi itu sudah cukup mekanistis. Penambahan 500 karyawan tidak akan
banyak berpengaruh. Sebaliknya menambahkan 500 karyawan ke organisasi hanya
akan mempunyai 300 anggota yang akan cenderung menimbulkan pergeseran ke arah
struktur yang lebih mekanistis.
D. Keputusan Desain Organisasi.
Organisasi
tidak semuanya terstruktur dengan cara yang sama persis. Perusahaan dengan 30
karyawan tidak akan tampak serupa dengan perusahaan yang mempunyai 3000
karyawan. Tetapi bahkan organisasi-organisasi yang nyaris sama ukurannya tidak
dengan sendirinya memiliki struktur yang sama. Apa yang cocok bagi satu
organisasi mungkin tidak cocok bagi yang lain. Keputusan itu tergantung pada
sejumlah faktor kontingensi tertentu. Ada dua model desain organisasi yaitu
organisasi mekanistik dan organik.
Organisasi
mekanistik adalah struktur yang dikendalikan secara kaku dan ketat. Struktur
ini dicirikan oleh tingginya spesialisasi, departementalisasi yang kaku,
sempitnya rentang kendali, tingginya formalisasi, terbatasnya jaringan
informasi dan sedikitnya partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh karyawan
tingkat rendah.
Struktur
organisasi jenis mekanistis cenderung menjadi mesin efisiensi, yang dilumasi
dengan baik oleh peraturan, tatanan, tugas yang terstandarisasi, dan kendali
yang sejenis. Desain organisasi itu berusaha meminimalkan dampak
berbeda-bedanya kepribadian, pertimbangan, dan ambiguitas karena sifat-sifat
manusiawi itu dianggap tidak efisien dan tidak konsisten. Meskipun tidak ada
bentuk murni organisasi mekanistis dalam dunia nyata, hampir semua perusahaan
besar dan badan pemerintahan cenderung memiliki banyak atau sekurang-kurangnya
beberapa ciri mekanistik ini.
Berbeda
dengan organisasi organis, yang merupakan struktur yang amat fleksibel dan
mudah diubah sementara organisasi mekanistis merupakan struktur yang kaku dan
stabil. Bukannya mempunyai peraturan dan pekerjaan yang terstandarisasi,
organisasi organis memiliki fleksibilitas yang memungkinkan organisasi itu
berubah dengan cepat sesuai dengan tuntutan. Organisasi organis memiliki
pembagian kerja, tetapi pekerjaan yang dilakukan orang-orang itu tidak
distandarisasi. Para karyawan amat terlatih dan diberdayakan supaya mampu
menangani berbagai masalah dan pekerjaan yang sangat berbeda-beda, dan struktur
organis tersebut sering menggunakan tim karyawan. Para karyawan dalam
organisasi jenis ini memerlukan peraturan formal yang minimal dan sedikit
pengawasan langsung. Pelatihan dan keterampilan mereka yang tinggi serta
dukungan yang diberikan oleh para anggota tim lain membuat formalisasi maupun
kendali manajerial yang ketat menjadi tidak perlu.
Struktur
organisasi harus membantu pencapaian sasaran. Karena sasaran dipengaruhi oleh
strategi organisasi, masuk akal bahwa strategi
dan struktur itu harus erat berkaitan. Lebih spesifik lagi, struktur
harus mengikuti strategi. Jika para manajer secara berarti mengubah strategi
organisasi, mereka akan perlu memodifikasi struktur supaya dapat menampung dan
mendukung perubahan itu.
Alfred
Chandler yang pertama-tama meneliti kaitan strategi-struktur itu. Ia
mempelajari beberapa perusahaan besar Amerika Serikat dan menyimpulkan bahwa
perubahan strategi korporasi mengakibatkan perubahan struktur organisasi.
Chandler menemukan bahwa struktur organisasi-organisasi tersebut lazimnya mulai
dengan produk atau lini produk tunggal yang hanya membutuhkan bentuk organisasi
yang sederhana atau longgar. Akan tetapi, sewaktu organisasi-organisasi itu
tumbuh, strategi mereka menjadi lebih ambisius dan canggih serta struktur
tersebut berubah supaya mampu mendukung strategi yang dipilih itu.
Kebanyakan
kerangka kerja strategi saat ini berfokus pada tiga dimensi, yaitu :
a. inovasi,
yang mencerminkan usaha organisasi untuk mengejar inovasi yang berarti dan
unik.
b. minimalisasi
biaya, yang mencerminkan usaha organisasi untuk melakukan pengendalian biaya
secara ketat.
c. imitasi,
yang mencerminkan usaha organisasi untuk meminimalkan peluang laba dengan
meniru para pemimpin pasar.
Desain
organisasi yang umum.
Dalam
membuat keputusan desain organisasi, para manajer mempunyai sejumlah desain
struktural umum yang bisa dipilih.
1. Desain
organisasi tradisional. Dalam merancang struktur untuk mendukung pencapaian
sasaran organisasi secara efektif dan efisien, para manajer dapat memilih untuk
mengikuti desain yang lebih tradisional. Struktur
sederhana. Kebanyakan organisasi berawal sebagai usaha wirausaha dengan
struktur sederhana yang terdiri atas para pemilik dan para karyawan. Struktur
sederhana adalah desain organisasi dengan departementalisasi rendah, rentang
kendali luas, wewenang terpusat, dan formalisasi rendah. Struktur model ini
kebanyakan digunakan oleh pengusaha kecil, dimana pemilik dan manajer adalah
satu orang yang sama. Kelemahan dari struktur sederhana yaitu tidak memadai
ketika organisasi berkembang; ketergantungan pada satu orang adalah beresiko.
Kelebihannya yaitu cepat, fleksibel, murah biaya pemeliharaannya,
pertanggungjawabannya jelas. Struktur fungsional. Adalah desain organisasi yang mengelompokkan spesialisasi
pekerjaan yang serupa atau terkait kedalam satu kelompok. Kelemahan dari
struktur fungsional adalah mengejar tujuan fungsional dapat menyebabkan para
manajer kehilangan pandangan tentang apa yang terbaik bagi keseluruhan
organisasi; spesialis fungsional menjadi terkucil dan sedikit memahami tentang
apa yang dilakukan unit lainnya. Sedangkan kelebihannya yaitu keunggulan
penghematan biaya dari spesialisasi dan karyawan dikelompokkan dengan yang lain
yang mempunyai tugas yang serupa. Struktur divisional. Merupakan struktur
organisasi yang terdiri atas sejumlah
unit atau divisi yang terpisah. Dalam desain ini, tiap unit mempunyai otonom
yang relatif terbatas, dengan manajer divisi yang bertanggung jawab atas
kinerja dan mempunyai wewenang stratejik dan operasional atas unitnya. Kekuatan
dari struktur ini yaitu, berfokus pada hasil. Para manajer divisi
bertanggungjawab terhadap apa yang terjadi pada produk dan jasa mereka.
Sedangkan kelemahannya yaitu, kegiatan dan sumber daya yang rangkap
meningkatkan biaya dan mengurangi efisiensi.
2. Desain
organisasi kontemporer. Para manajer dalam organisasi kontemporer sering
melihat bahwa desain hierarki tradisional itu sering tidak memadai karena
lingkungan yang semakin dinamis dan rumit yang mereka hadapi. Sebagai jawaban
atas permintaan pasar untuk menjadi ramping, fleksibel dan inovatif, para
manajer menemukan cara kreatif untuk menyusun struktur dan mengorganisasi
pekerjaan dan untuk membuat organisasi mereka lebih responsif terhadap
kebutuhan pelanggan, karyawan dan anggota organisasi lainnya. Berikut ini
merupakan beberapa konsep desain organisasi yang lebih kontemporer: struktur berbasis tim. Merupakan
struktur organisasi dimana keseluruhan organisasi tersusun oleh sejumlah
kelompok kerja atau tim. Keuntungannya yaitu karyawan lebih dilibatkan dan mempunyai
wewenang. Namun kerugiannya yaitu tidak adanya rantai komando yang jelas. Struktur proyek-matrik. Matriks adalah
struktur yang menugaskan para spesialis dari bidang fungsional yang berbeda
untuk bekerja pada proyek lain tapi kembali pada wilayah mereka lagi ketika
proyek itu sudah selesai. Proyek adalah struktur dimana karyawan terus bekerja
pada proyek. Ketika satu proyek selesai, karyawan berpindah ke proyek
selanjutnya. Keuntungan dari struktur proyek-matriks yaitu desain yang luwes
dan lancar yang dapat menanggapi perubahan lingkungan. Namun kerugiannya, rumit
untuk menugaskan orang ke proyek, konflik tugas dan kepribadian. Struktur tanpa batas. Merupakan
organisasi yang desainnya tidak didefenisikan atau terbatas pada batas-batas
horisontal, vertikal atau eksternal, termasuk jenis organisasi virtual,
jaringan dan modular. Kerugian dari struktur ini yaitu kurangnya kendali dan
kesulitan dalam komunikasi. Namun keuntungannya sangat fleksible dan responsif
serta menarik bakat dimanapun struktur ini ditemukan. Struktur organisasi pembelajar. Merupakan sebuah struktur yang mendukung
kapasitas organisasi untuk secara terus menerus beradaptasi dan berubah.
Keuntungannya, para karyawan secara terus-menerus berbagi dan menerapkan
pengetahuann; kemampuan untuk belajar dapat menjadi sumber keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. Namun kerugiannya yaitu, meminta para karyawan
untuk berbagi apa yang mereka tau dapat menjadi hal yang sulit selain itu
konflik kerja sama akan muncul.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pengorganisasian
ialah fungsi manajer untuk menyusun sumber daya manusia dan sumber daya materi
untuk melaksanakan perencanaan yang dibuatnya. Tujuan pengorganisasian adalah
untuk mengkoordinasikan upaya semua bagian perusahaan. Pengorganisasian
menyusun struktur orang yang terlibat dalam perusahaan jabatan, bagian dan
aktivitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Manullang. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: UGM Press.
2002
Stephen P. Robbins/ Marry
Coulter. 2009. MANAJEMEN Edisi Ke Delapan. Jakarta:
Honey Handokcho
Daft L. Richard, Era Baru
Manajemen, Buku 1 Edisi 9, Penerbit Salemba Empat
Komentar
Posting Komentar